Nama lengkapnya Tirta Mandira Hudhi, lahir pada 30 Juli 1991 di Karanganyar, Jawa Tengah. Dikenal luas sebagai dr. Tirta, ia adalah seorang dokter, pengusaha, dan influencer kesehatan yang aktif di media sosial. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) ini juga menyandang gelar Magister Administrasi Bisnis dari Institut Teknologi Bandung (ITB) .
Sejak masa kuliah, Biography dr. Tirta telah menunjukkan jiwa wirausaha dengan memulai bisnis cuci sepatu yang kini dikenal dengan nama Shoes and Care. Bisnis ini berkembang pesat dan memiliki banyak cabang di berbagai kota di Indonesia .
Mengapa dr. Tirta Paham Sekali tentang Kesehatan?
Sebagai lulusan cum laude dari Fakultas Kedokteran UGM, dr. Tirta memiliki dasar ilmu kedokteran yang kuat. Pengalamannya sebagai dokter IGD di RSUP Dr. Sardjito dan Puskesmas Turi memberikan wawasan praktis dalam dunia medis sindonews lifestlye .
Namun, yang membuatnya menonjol adalah kemampuannya menyampaikan informasi kesehatan dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat luas. Gaya komunikasinya yang santai namun informatif membuatnya menjadi sumber informasi terpercaya, terutama di kalangan generasi muda Depobos.
Apa yang Membuat Nama dr. Tirta Naik?
Nama dr. Tirta mulai dikenal luas saat pandemi COVID-19 melanda. Ia aktif memberikan edukasi tentang pencegahan virus melalui media sosial dan terlibat langsung sebagai relawan, memastikan ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis .
Keberaniannya mengkritik kebijakan pemerintah terkait penanganan pandemi juga menarik perhatian publik. Sikap vokalnya menunjukkan kepeduliannya terhadap kesehatan masyarakat dan keberanian untuk menyuarakan pendapat demi kebaikan bersama.
Fakta Unik tentang dr. Tirta
Latar Belakang Keluarga: dr. Tirta lahir dari keluarga dengan latar belakang agama berbeda; ayahnya seorang Muslim dan ibunya non-Muslim. Ia memutuskan menjadi mualaf pada usia 23 tahun setelah melalui proses pencarian spiritual .
Pecinta Sneakers: Selain sebagai dokter, ia dikenal sebagai pengamat dan kolektor sneakers. Kecintaannya pada sepatu ini juga menjadi inspirasi dalam mengembangkan bisnis Shoes and Care.
Aktif di Media Sosial: Dengan gaya bicara yang tegas dan energik, dr. Tirta aktif membagikan informasi kesehatan di platform seperti Instagram dan YouTube, menjadikannya influencer kesehatan yang disegani.
Pengalaman Masa Kecil: Mengalami Tragedi Mei 1998 di Solo, di mana ia menyaksikan kerusuhan dan kehancuran, membentuk karakter tangguh dan empatinya terhadap sesama
Bagaimana Gaya Komunikasi dr. Tirta Membedakannya?
Gue inget pertama kali liat video dr. Tirta pas awal-awal pandemi COVID-19. Gaya bicaranya beda. Nggak kaku kayak kebanyakan dokter di televisi. Nggak ribet pakai istilah medis yang bikin dahi kerut-kerut. Dia ngomong blak-blakan, cepat, bahkan kadang agak ngegas. Tapi justru itu yang bikin dia relatable.
Jujur aja, waktu itu masyarakat butuh suara yang jujur dan tegas. Banyak yang bingung, takut, nggak tahu harus percaya siapa. Di tengah kebingungan itu, muncul dia—dengan rambut gondrong, pakai masker scuba hitam, dan energi kayak habis minum dua botol kopi. Dia ngajarin cara cuci tangan yang bener, bedain gejala flu biasa sama COVID, sampai edukasi pentingnya social distancing.
Dan bukan cuma gaya ngomong, tapi dia juga aktif turun ke lapangan. Bagi-bagi APD, koordinasi sama donatur, bantu rumah sakit. Saat itu, yang bikin gue salut, dia nggak sekadar influencer, tapi benar-benar turun tangan. Bukan pencitraan. Ketulusannya itu yang bikin publik makin percaya.
Pelajaran yang Bisa Dipetik dari dr. Tirta
Setelah ngikutin dia beberapa tahun terakhir, gue sadar ada beberapa hal penting yang bisa dipelajari dari perjalanan hidup dr. Tirta:
1. Jangan Takut Jadi Diri Sendiri
Bayangin, seorang dokter tampil nyentrik dengan rambut acak-acakan, pakai hoodie, sneakers mahal, dan suka ngomong meledak-ledak. Tapi dia tetap profesional. Nggak semua orang bisa kayak gitu. Tapi dia tahu, jadi autentik itu penting banget di era sekarang.
Kadang kita terlalu sibuk nyoba jadi “orang lain” biar diterima. Padahal, justru keunikan kita yang bikin orang inget.
2. Ilmu Tanpa Aksi = Nol
Banyak orang pinter, tapi sedikit yang beneran turun tangan. Dr. Tirta bukan cuma punya gelar dokter, tapi juga tahu gimana ilmu itu harus diterapkan di masyarakat. Ilmu yang berguna adalah yang bisa dimengerti dan dipraktikkan orang awam.
Makanya, cara dia nyampaikan edukasi selalu pakai bahasa sederhana. Itu pelajaran banget buat gue sebagai content creator juga. Konten bukan cuma buat gaya-gayaan, tapi buat bantu orang.
3. Jangan Meremehkan Passion Lain di Luar Profesi Utama
Siapa sangka bisnis cuci sepatu bisa jadi pintu kesuksesan finansial buat seorang dokter? Banyak orang mikir, “Kalau udah jadi dokter ya udah fokus di sana aja.” Tapi dia membuktikan passion di luar dunia medis bisa jadi sesuatu yang besar juga. Bahkan, dari Shoes and Care, dia bantu buka lapangan kerja buat banyak orang.
Gue jadi mikir: passion itu nggak harus satu jalur. Selama kita bisa manajemen waktu dan energi, kenapa enggak?
Tantangan dan Kritik yang Pernah Dihadapi
Nggak semua jalan dr. Tirta mulus. Pernah juga dia kena semprot netizen gara-gara terlalu blak-blakan. Bahkan, beberapa politisi juga sempat merasa tersinggung. Tapi dia tetap konsisten. Karena buat dia, suara rakyat dan edukasi itu lebih penting.
Salah satu momen paling kontroversial adalah ketika dia kritik pemerintah soal distribusi APD yang lambat di awal pandemi. Banyak yang bilang dia terlalu vokal. Tapi lucunya, justru itu yang bikin masyarakat makin dukung dia. Kadang, jadi benar nggak selalu populer, tapi kalau kita bener-bener niat bantu, orang bisa lihat niat tulus itu kok.
Peran Media Sosial dalam Perjalanan Kariernya
Ini bagian penting yang harus disorot juga. Banyak orang meremehkan kekuatan media sosial, tapi dr. Tirta justru menjadikannya sebagai senjata utama buat menyebarkan edukasi.
Di TikTok, Instagram, YouTube—kontennya konsisten: edukasi, motivasi, dan semangat untuk bergerak. Bahkan, dia pernah bilang, “Kalau nggak ada medsos, mungkin suara saya nggak bakal sampai ke masyarakat.” Dan itu benar.
Tapi tentu, medsos juga ada resikonya. Sekali salah ucap, bisa viral negatif. Makanya, dia juga sering tekankan pentingnya tanggung jawab digital. “Viral itu mudah, tapi berdampak positif itu yang sulit,” katanya. Dan gue setuju banget.
Refleksi Pribadi: Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Gue sendiri bukan dokter. Tapi liat kiprah dr. Tirta bikin gue mikir: kita semua bisa kontribusi dari bidang masing-masing. Nggak harus punya gelar tinggi buat bisa bantu orang lain.
Mau kamu tukang cukur, penjual online, ibu rumah tangga, content creator, semuanya punya peran. Yang penting, konsisten dan punya niat baik. Kadang cuma dengan share info yang bener di grup WhatsApp keluarga aja udah bantu banyak.
Dan satu lagi, jangan remehkan kerja keras di balik layar. Banyak yang ngeliat dr. Tirta sekarang sukses, followers banyak, bisnis jalan, tapi nggak semua tahu dulu dia pernah kerja serabutan sambil kuliah. Pernah tinggal di kosan sempit, makan seadanya, kerja dari pagi sampai pagi lagi.
Kita ngelihat hasil, tapi jarang mau tahu prosesnya. Nah, kalau lo lagi di titik ngerasa gagal, ingat: proses itu penting. Terus belajar, terus jalan.
Mengapa dr. Tirta Layak Jadi Teladan?
Buat gue pribadi, dr. Tirta itu paket komplit. Pinter, nyentrik, berani, dan empatik. Dia bisa ngomong sama anak muda, tapi juga didengar sama pejabat. Bisa serius bahas pandemi, tapi juga bercanda soal sneakers. Fleksibel tapi tetap punya prinsip.
Dan yang paling penting, dia ngajarin kita bahwa pengetahuan tanpa keberanian buat bertindak, ya sia-sia. Bahwa jadi orang baik itu nggak harus sempurna. Cukup niat, konsisten, dan nggak takut buat beda.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Elvira Devinamira: Bukan Hanya Ratu Kecantikan, Tapi Juga Ratu Hati Netizen disini