Fabada Asturiana, nemu makanan yang bukan cuma enak, tapi juga punya cerita dan rasa yang bikin kamu ngerasa kayak lagi peluk dari dalam? Nah, bagi aku, Fabada Asturiana itu kuliner kaya banget maknanya. Dari pertama kali aku coba, rasanya kayak dapet pelajaran hidup—tentang kesabaran, tradisi, dan gimana wikipedia sesuatu yang sederhana bisa jadi luar biasa.
Kenalan Sama Fabada Asturiana: Apa Sih Ini?
Kalau kamu belum familiar, Fabada Asturiana itu sup kacang khas dari wilayah Asturias, di utara Spanyol. Intinya sih, sup ini terbuat dari kacang putih (fabes), chorizo (sosis khas Spanyol yang berasa smoky dan pedas), morcilla (semacam darah sosis), dan potongan daging babi yang lembut banget.
Aku inget banget waktu pertama kali nyobain Fabada ini di sebuah restoran kecil di Oviedo, ibu kota Asturias. Cuacanya dingin dan hujan—pas banget sama hangatnya sup ini. Rasanya? Bikin nagih, bro! Gurih, sedikit pedas, dan kacangnya yang lembut bikin teksturnya kaya banget. Rasanya bukan cuma makanan, tapi kayak sebuah pelukan hangat pas lagi sedih.
Pengalaman Pertamaku Membuat Fabada Asturiana
Waktu itu aku pengen coba bikin sendiri Fabada di rumah. Gak gampang ternyata, apalagi buat yang awam sama bahan-bahannya. Awalnya aku sempat bingung nyari kacang putih jenis “fabes de la Granja” yang katanya asli Asturias dan beda banget kualitasnya sama kacang putih biasa. Akhirnya aku beli kacang putih biasa di pasar tradisional.
Prosesnya lumayan panjang, karena kacang harus direndam semalaman. Aku juga pernah salah waktu masaknya, bikin kacang terlalu keras dan dagingnya jadi kurang empuk. Tapi dari situ aku belajar, sabar itu kunci kalau mau dapet hasil yang maksimal.
Oh ya, satu hal yang aku baru tahu pas eksperimen masak itu: Fabada gak cuma soal bumbu, tapi juga soal kualitas bahan. Misalnya, chorizo dan morcilla asli Asturias punya rasa yang unik, beda sama chorizo biasa. Kalau kamu cuma pakai sosis biasa, rasa Fabada kamu bisa jauh berbeda.
Tips Praktis Membuat Fabada Asturiana ala Aku
Kalau kamu pengen coba bikin Fabada di rumah, aku kasih beberapa tips yang aku pelajari dari proses masak dan eksperimen itu:
Pilih kacang putih yang bagus. Kalau gak dapat “fabes de la Granja”, pakai kacang putih lokal yang segar dan jangan lupa rendam minimal 8 jam supaya gampang empuk.
Gunakan chorizo dan morcilla asli kalau bisa. Ini yang bikin cita rasa Fabada beda. Kalau susah nyari, coba cari di supermarket yang jual produk impor Spanyol.
Masak dengan api kecil dan sabar. Jangan terburu-buru. Fabada enak itu yang dimasak pelan, supaya rasa bumbu dan daging meresap ke kacang.
Jangan lupa bumbu dasar. Bawang putih, paprika, dan minyak zaitun harus ada supaya rasa bumbunya keluar sempurna.
Sabar saat memasak dagingnya. Potongan daging babi biasanya butuh waktu agak lama supaya empuk dan juicy.
Kalau aku pribadi, biasanya aku masak Fabada sambil ngopi dan dengerin musik Spanyol klasik—bikin suasananya jadi lebih asik dan rileks.
Kesalahan Konyol yang Pernah Aku Lakuin Saat Bikin Fabada
Nah, jangan kira masak Fabada itu gampang ya. Aku juga pernah kok bikin blunder, salah satunya waktu aku terlalu buru-buru dan gak merendam kacangnya cukup lama. Akibatnya, kacangnya keras kayak batu dan susah banget dimakan. Akhirnya, aku harus rebus ulang sampai dua kali—lumayan makan waktu dan bikin aku bete.
Selain itu, aku pernah juga keliru waktu memasukkan chorizo dan morcilla terlalu awal. Padahal, kalau dimasukkan terlalu cepat, rasanya bisa jadi terlalu kuat dan malah mengalahkan rasa kacang yang seharusnya jadi bintang utama.
Dari sini aku belajar banget bahwa memasak Fabada itu bukan cuma soal teknik, tapi juga soal feeling dan timing. Kayak hidup juga sih, perlu sabar dan tahu kapan harus apa.
Fabada Asturiana dalam Budaya dan Tradisi
Selain soal rasa, Fabada punya nilai budaya yang dalam. Di Asturias, Fabada sering jadi hidangan utama saat perayaan keluarga dan musim dingin. Ini bukan sekedar makanan sehari-hari, tapi juga lambang kehangatan dan kebersamaan.
Aku pernah ngobrol sama beberapa orang asli Asturias, mereka cerita kalau Fabada itu kaya “comfort food” versi Spanyol yang mengingatkan mereka sama rumah dan keluarga. Makan Fabada itu kayak reuni kecil di piring, yang bikin hati dan perut sama-sama kenyang.
Kalau di Indonesia, mungkin analoginya seperti sop buntut atau rawon yang punya rasa dan makna kuat buat orang Jawa Timur atau Solo.
Fabada di Indonesia: Bisa Gak Sih?
Kadang aku mikir, apakah Fabada bisa cocok dengan lidah orang Indonesia? Jawabannya iya, asal bahan dan bumbu disesuaikan sedikit.
Di rumah, aku pernah coba modifikasi Fabada pakai bahan lokal, seperti mengganti morcilla yang susah dicari dengan daging sapi cincang yang dibumbui mercon, supaya ada sensasi pedas dan gurih yang dekat dengan rasa sosis darah. Aku juga pakai kacang putih lokal yang empuk dan chorizo impor dari supermarket internasional.
Hasilnya? Walaupun gak 100% autentik, tapi cukup memuaskan dan cocok dengan selera orang Indonesia yang suka rasa gurih dan pedas. Kadang aku sajikan Fabada versi ini waktu ada acara keluarga kecil-kecilan, dan mereka suka banget.
Kenapa Fabada Asturiana Layak Dicoba?
Buat aku, Fabada itu lebih dari sekedar sup kacang. Dia mengajarkan aku tentang:
Kesabaran: Proses memasak yang lama dan penuh perhatian.
Penghargaan terhadap bahan: Pilih bahan berkualitas untuk hasil maksimal.
Nilai budaya: Makanan sebagai media mempererat hubungan dan nostalgia.
Eksperimen rasa: Bagaimana kita bisa adaptasi resep dunia ke lidah lokal.
Kalau kamu pecinta kuliner yang suka eksplorasi rasa dan cerita, aku rekomendasi banget untuk coba Fabada. Gak perlu langsung yang super autentik, tapi coba versi modifikasi dulu buat belajar dan merasakan prosesnya.
Penutup
Kalau aku boleh kasih pesan, memasak Fabada Asturiana itu bukan cuma soal dapur dan resep. Ini soal bagaimana kita menghargai proses, mencoba hal baru, dan menikmati hasil dengan penuh cinta. Gak masalah kalau awalnya gagal atau rasanya belum pas, yang penting usaha dan semangat terus belajar.
Kalau kamu mau tanya-tanya soal Fabada, atau mau sharing pengalaman bikin masakan Spanyol lain, aku siap dengerin! Kita ngobrol santai aja, biar belajar masak gak tegang tapi malah jadi seru dan menyenangkan.
Baca Juga Artikel Ini: Focaccia: Rahasia Membuat Roti Italia yang Lembut dan Gurih di Rumah