The Adam Project: Ketika Masa Depan Bertemu Masa Lalu dan Hati yang Belum Sembuh

Film The Adam Project adalah salah satu film fiksi ilmiah yang berhasil memadukan elemen aksi, humor, dan emosi keluarga dengan begitu apik. Dirilis pada tahun 2022 melalui platform Netflix, film ini langsung mencuri perhatian karena menghadirkan bintang besar seperti Ryan Reynolds, Walker Scobell, Mark Ruffalo, dan Jennifer Garner. Di permukaan, film The Adam Project tampak seperti kisah petualangan perjalanan waktu yang penuh efek visual, tetapi di balik itu tersimpan pesan mendalam tentang hubungan antara ayah dan anak, penyesalan masa lalu, serta pentingnya memaafkan diri sendiri.

Sebagai penonton, saya awalnya menonton film The Adam Project hanya karena nama Ryan Reynolds yang identik dengan aksi kocak khasnya seperti dalam Deadpool. Namun, setelah menonton hingga akhir, saya menyadari bahwa The Adam Project bukan sekadar tontonan hiburan. Ia adalah kisah reflektif tentang bagaimana masa lalu membentuk kita, dan bagaimana kesempatan kedua bisa mengubah segalanya.

Sinopsis Singkat: Saat Masa Depan Bertemu Masa Lalu

Ryan Reynolds' The Adam Project Just Hit A Major Netflix Milestone, See How The Star Celebrated | Cinemablend

Film ini dimulai pada tahun 2050, ketika Adam Reed dewasa (Ryan Reynolds) adalah seorang pilot tempur yang mencuri jet tempur canggih untuk melarikan diri dari misi yang gagal. Ia sedang dalam pelarian, dengan misi rahasia untuk menyelamatkan seseorang yang sangat penting baginya. Dalam proses kabur melalui lubang waktu, ia malah mendarat di tahun 2022 — bukan tujuan yang ia rencanakan Wikipedia.

Di sinilah ia bertemu Adam kecil (Walker Scobell), dirinya sendiri ketika berusia 12 tahun. Pertemuan dua versi diri ini menjadi titik awal dari perjalanan luar biasa mereka untuk memperbaiki masa depan yang kacau akibat eksperimen perjalanan waktu. Namun di balik misi tersebut, tersembunyi konflik emosional: Adam dewasa belum bisa berdamai dengan masa lalunya, terutama dengan kematian sang ayah, Louis Reed (Mark Ruffalo).

Mereka berdua akhirnya bekerja sama untuk menghentikan proyek “The Adam Project” — teknologi perjalanan waktu yang diciptakan oleh ayah mereka sendiri, yang kemudian disalahgunakan oleh Maya Sorian (Catherine Keener) demi kekuasaan.

Yang menarik dari cerita ini adalah bagaimana film berhasil menggabungkan sains fiksi yang kompleks dengan dinamika keluarga yang sangat manusiawi. Ketegangan dan adegan laga yang cepat diselingi dengan momen-momen haru, terutama ketika dua Adam bertemu sang ayah di masa lalu.

Ryan Reynolds dan Walker Scobell: Chemistry yang Tak Terduga

Salah satu kekuatan terbesar The Adam Project adalah chemistry antara Ryan Reynolds dan Walker Scobell. Walker, yang baru pertama kali membintangi film layar lebar, berhasil meniru gaya bicara, humor, dan ekspresi khas Reynolds dengan sangat natural. Penonton bisa langsung merasa bahwa mereka benar-benar adalah versi muda dan dewasa dari orang yang sama.

Ryan Reynolds sendiri tampil luar biasa. Ia tidak hanya menjadi pahlawan aksi penuh karisma, tetapi juga berhasil menunjukkan sisi rapuh dari seorang pria dewasa yang masih terluka karena kehilangan ayahnya. Dalam beberapa adegan, terutama ketika ia harus berhadapan dengan versi mudanya sendiri, penonton bisa merasakan konflik batin yang sangat kuat — antara ingin melupakan masa lalu dan ingin memperbaikinya.

Jennifer Garner juga tampil memukau sebagai Ellie Reed, ibu Adam. Ia mewakili sosok ibu yang kuat namun terluka, berjuang membesarkan anak sendirian setelah kehilangan suami. Setiap momen antara Ellie dan Adam kecil terasa sangat jujur dan menyentuh, terutama ketika sang ibu mencoba menguatkan anaknya yang sedang marah terhadap dunia.

Tema yang Mengena: Memaafkan Diri dan Menghargai Waktu

Meski dikemas dengan teknologi futuristik dan aksi luar biasa, inti dari The Adam Project justru adalah pelajaran tentang waktu dan perasaan manusia. Film ini mengingatkan kita bahwa waktu adalah sesuatu yang tidak bisa kita kontrol, dan terlalu sering kita menyesali hal-hal yang sudah berlalu.

Melalui pertemuan Adam dewasa dengan dirinya yang muda, film ini memberikan pesan penting: terkadang, untuk maju, kita perlu berdamai dengan masa lalu. Adam dewasa yang selama ini menyalahkan ayahnya, akhirnya menyadari bahwa sang ayah hanyalah manusia biasa — melakukan yang terbaik dengan segala keterbatasan.

Salah satu dialog yang paling menyentuh adalah ketika Louis Reed berkata kepada anaknya:

“You’re my son, Adam. And I loved you from the first minute I saw you.”

Kata-kata sederhana itu, diucapkan dengan penuh emosi, menjadi momen klimaks yang membuat banyak penonton meneteskan air mata. Di titik itu, Adam dewasa tidak lagi ingin memperbaiki waktu — ia hanya ingin menikmati momen terakhir bersama keluarganya.

Visual dan Aksi: Futuristik tapi Tetap Manusiawi

Dari sisi teknis, The Adam Project digarap dengan sangat baik oleh Shawn Levy, sutradara yang juga sukses dengan Free Guy dan Stranger Things. Ia tahu cara menciptakan dunia futuristik tanpa kehilangan kehangatan emosional.

Desain pesawat tempur, efek teleportasi, dan teknologi senjata di film ini terasa modern, namun tidak berlebihan. Semua visual efek dibuat untuk mendukung cerita, bukan sekadar pamer teknologi CGI. Bahkan, adegan aksi antara Adam dan pasukan Sorian memiliki koreografi yang rapi dan seru, dengan gaya khas Ryan Reynolds yang penuh humor.

Menariknya, meski berisi pertempuran antarwaktu dan konfrontasi teknologi, film ini tidak terasa berat. The Adam Project justru ringan dan menghibur, cocok untuk ditonton bersama keluarga di akhir pekan.

Nilai Keluarga di Tengah Sains Fiksi

Every Marvel Parallel in Netflix's The Adam Project

Film ini berbeda dari film perjalanan waktu lainnya karena tidak terlalu fokus pada paradoks atau teori ilmiah rumit. Alih-alih, The Adam Project memilih jalan emosional — memperlihatkan bagaimana manusia berhadapan dengan masa lalu dan bagaimana cinta keluarga bisa menembus batas waktu.

Ketika menonton, saya merasakan bahwa film ini punya kedalaman emosional yang jarang ditemukan dalam film aksi modern. Ada pelajaran penting tentang menghargai orang tua selagi masih ada, tentang memaafkan kesalahan diri sendiri, dan tentang menerima bahwa masa lalu bukan sesuatu yang harus diubah, tetapi dipahami.

Di akhir film, ketika dua versi Adam berpisah setelah misi mereka selesai, ada keheningan yang manis. Mereka saling menatap, menyadari bahwa meski waktu mereka berbeda, hati mereka tetap satu. Itu adalah simbolisasi bahwa kita semua memiliki versi masa lalu yang harus kita maafkan agar bisa melangkah maju.

Lebih dari Sekadar Film Aksi

The Adam Project bukan hanya film tentang perjalanan waktu — ia adalah film tentang waktu dalam diri manusia. Tentang masa kecil yang kita rindukan, kesalahan yang ingin kita ubah, dan cinta keluarga yang tak lekang oleh waktu.

Film ini berhasil memadukan aksi seru, humor khas Ryan Reynolds, dan drama emosional dengan sangat seimbang. Tidak heran jika banyak penonton menilai film ini sebagai salah satu karya Netflix terbaik di tahun 2022.

Bagi saya pribadi, The Adam Project adalah pengingat bahwa setiap orang memiliki “Adam kecil” di dalam diri mereka — bagian diri yang masih terluka, masih menyesal, dan masih ingin memperbaiki sesuatu. Dan terkadang, satu-satunya cara untuk berdamai dengan masa lalu adalah dengan memeluk versi diri itu, lalu berkata, “Kita baik-baik saja sekarang.”

Baca fakta seputar : Movies

Baca juga artikel menarik tentang : Sinopsis A Working Man: Jason Statham Jadi Pekerja Konstruksi yang Balik ke Dunia Gelap

Author

Related posts