Kalau boleh jujur, aku tuh bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta sama tempat wisata. Tapi waktu pertama kali menginjakkan kaki di Bukit Wairinding, rasanya kayak… ya ampun, ini Indonesia? Beneran ini? Bahkan aku sempat mikir ini kayak versi savana Afrika tapi ada di Nusa Tenggara Timur. Gila sih, gila bagusnya.
Aku ke sana awalnya karena iseng. Teman ngajak, katanya sih “nggak terlalu hits, tapi cakep banget buat foto-foto.” Eh, ternyata bukan cuma buat foto-foto, tapi juga buat refleksi hidup. Nah, biar kamu nggak cuma sekadar lihat fotonya doang di Instagram, aku mau cerita detail pengalaman dan pelajaran yang aku petik dari travel ke Bukit Wairinding.
Keindahan Wisata Bukit Wairinding: Kayak Masuk Dunia Lain
Jadi, Bukit Wairinding ini lokasinya di Sumba Timur, sekitar 30 menit berkendara dari Waingapu. Jalannya lumayan mulus, meskipun kadang ada batu-batu kecil. Tapi pas sampai… astaga. Langsung disambut hamparan bukit berundak-undak yang hijau banget (kalau musim hujan), atau cokelat eksotis pas musim kemarau. Dua-duanya cakep, nggak ada yang kalah dari kompascom.
Pernah nonton film “Pendekar Tongkat Emas”? Nah, katanya beberapa adegan syutingnya ambil di sini. Jadi bayangin aja, cinematic banget.
Yang aku suka, bukit-bukitnya itu bukan cuma satu atau dua, tapi nyambung kayak ombak beku. Kalau berdiri di atas salah satu puncak bukit, kamu bisa lihat sejauh mata memandang. Angin sepoi-sepoi, langit biru cerah, kadang ada anak-anak lokal naik kuda. Ya ampun, itu momen yang bikin hati adem.
Jujur, aku tuh sampai nggak pengin buru-buru pulang. Padahal cuma bukit. Tapi ada ketenangan yang nggak bisa dijelaskan. Kayak ngelihat pemandangan yang nggak dibuat-buat, masih murni, dan seolah-olah alamnya ngajak ngobrol. Iya, segitunya.
Mengapa Bukit Wairinding Sering Dikunjungi? Bukan Sekadar Tempat Foto Aesthetic
Oke, kita tahu sekarang orang ke mana-mana nyarinya spot Instagramable, kan? Tapi percayalah, Bukit Wairinding bukan sekadar buat foto. Banyak banget alasan kenapa tempat ini ramai dikunjungi, dan ini berdasarkan obrolan dengan beberapa traveler yang aku temui di sana juga.
Akses Relatif Mudah
Nggak kayak tempat lain yang butuh trekking berat, ke Wairinding kamu cukup naik kendaraan, lalu jalan kaki sebentar. Cocok buat semua umur.Panorama yang Dramatis
Banyak fotografer dan videografer profesional datang ke sini karena lanskapnya unik banget. Katanya sih, pencahayaan alami di sore hari di sini bisa bikin hasil foto kayak editan majalah.Waktu Sunrise dan Sunset-nya Gokil
Aku pribadi datang pas sore menjelang sunset. Warna langit keemasan dipadu siluet bukit… duh, kalau kamu punya kamera atau bahkan cuma HP, hasilnya udah cukup buat bikin iri follower kamu.Kuda Sumba dan Anak-anak Lokal
Nah ini yang bikin Wairinding beda. Kadang ada anak-anak kecil naik kuda, dan mereka senang banget diajak ngobrol atau difoto. Aku kasih mereka biskuit, eh langsung akrab. Tapi inget ya, selalu izin dan jangan eksploitasi. Hormati warga lokal.
Apa yang Paling Dicari di Bukit Wairinding? Lebih dari Sekadar Foto
Awalnya aku kira orang ke sini cuma cari foto. Tapi ternyata banyak yang datang untuk alasan yang lebih dalam. Ada yang bilang mereka ke sini buat menyendiri, healing, atau bahkan cari inspirasi menulis. Iya, ada penulis novel yang cerita ke aku bahwa dia nemu ide baru gara-gara ngelamun di atas bukit ini.
Yang paling dicari? Ketulusan alam.
Di kota, semua serba cepat, serba keras, serba bising. Di Wairinding, kamu bisa ngerasain waktu berjalan pelan. Kadang aku duduk aja, diem, ngelihatin awan bergerak. Itu hal kecil, tapi menyembuhkan.
Selain itu, ada juga yang datang khusus untuk sesi pre-wedding atau syuting video klip. Bahkan aku sempat ketemu tim dari Jakarta yang syuting untuk konten YouTube. Tapi mereka tetap jaga kebersihan kok, nggak sembarangan.
Tips Mengunjungi Bukit Wairinding Biar Nggak Zonk
Nah ini penting. Karena aku sempat ngalamin beberapa hal yang bikin sedikit kecewa (meskipun akhirnya ketutup sama keindahannya juga sih).
1. Datang di Musim Hujan atau Transisi
Kalau kamu mau lihat bukit hijau kayak di wallpaper Windows XP (iya, yang itu), datanglah antara Desember sampai April. Tapi pastikan juga nggak pas hujan deras ya, soalnya bisa licin.
2. Sewa Motor atau Mobil dari Waingapu
Transportasi umum hampir nggak ada ke sini. Jadi pastikan kamu sudah sewa motor atau mobil. Aku waktu itu pakai ojek, tapi jujur agak ribet karena nunggu jemputan pulang lama banget.
3. Pakai Sepatu Nyaman
Meskipun cuma jalan sedikit, tanahnya nggak rata. Jangan pakai sandal jepit, nanti nyesel. Apalagi kalau kamu niat mau naik ke bukit yang paling tinggi.
4. Bawa Air Minum Sendiri
Nggak ada warung atau penjaja makanan di lokasi. Jadi pastikan kamu bawa air putih cukup, dan kalau bisa cemilan ringan. Tapi inget, jangan ninggalin sampah.
5. Hormati Anak-anak Lokal dan Budaya Sekitar
Kalau ketemu anak-anak lokal atau warga setempat, senyum dan ajak ngobrol. Mereka ramah banget. Tapi jangan asal ambil foto tanpa izin, ya.
6. Pakai Sunblock
Matahari di Sumba itu terik banget, bahkan kalau lagi mendung. Aku sempat lupa pakai sunblock, dan kulit langsung gosong seminggu. Jadi jangan lupa yang satu ini!
Pelajaran Berharga dari Bukit Wairinding
Dari semua tempat yang pernah aku kunjungi, Bukit Wairinding ngajarin satu hal penting: kadang kita nggak butuh banyak hal untuk bahagia. Cukup duduk di tempat yang indah, tarik napas dalam-dalam, dan biarkan diri kita tenang.
Aku juga belajar bahwa alam Indonesia itu luar biasa dan nggak kalah dari luar negeri. Kita sering ngiler lihat savana di Afrika atau bukit-bukit di Selandia Baru, tapi nggak sadar kita punya Wairinding di negeri sendiri.
Dan yang paling penting: kita harus jaga tempat-tempat kayak gini. Jangan cuma datang buat foto lalu tinggalin sampah. Jangan rusak ketenangan alam demi konten viral. Kalau kita bisa rawat bareng-bareng, tempat ini akan tetap jadi surga kecil yang bisa dinikmati anak-cucu kita nanti.
Worth It Nggak ke Bukit Wairinding?
Jawaban jujur? Worth it banget.
Kalau kamu tipe orang yang suka alam, suka ketenangan, atau bahkan cuma pengin kabur sebentar dari dunia yang ribut, Bukit Wairinding itu tempat yang pas. Dan kamu nggak perlu jadi travel blogger terkenal atau punya kamera mahal buat menikmatinya.
Cukup datang dengan hati terbuka dan rasa hormat, dan kamu akan pulang dengan kenangan yang sulit dilupakan.
Kalau kamu punya rencana ke Sumba, jangan cuma mampir ke pantai atau air terjun. Luangkan waktu setengah hari buat duduk di Bukit Wairinding. Dan kalau bisa, bawa buku catatan kecil. Siapa tahu, kamu juga dapat inspirasi seperti yang aku alami.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Kepulauan Seribu: Panduan Wisata Penuh Cerita disini