Katarak Kongenital Bisa Dicegah? Fakta, Mitos, dan Perawatan Medis

Saya masih ingat pertama kali dengar istilah katarak kongenital. Awalnya saya kira katarak itu hanya penyakit orang tua. Eh ternyata, ada juga bayi yang bisa lahir dengan kondisi ini. Katarak kongenital itu sederhananya lensa mata bayi sudah keruh sejak lahir atau beberapa bulan setelah lahir. Lensa yang harusnya bening kayak kaca malah jadi buram, jadi cahaya nggak bisa masuk dengan sempurna ke retina.

Bayangin aja, bayi yang baru belajar lihat dunia harus menghadapi “kabut” di matanya. Ngeri juga kan? Kalau nggak ditangani cepat, bisa bikin gangguan penglihatan permanen, bahkan kebutaan.

Mengapa Katarak Kongenital Berbahaya?

Katarak Kongenital pada Bayi, Bagaimana Mengatasinya?

Banyak orang tua yang awalnya nggak sadar, karena bayi kan belum bisa ngomong, “Mama, penglihatan aku kabur.” Tanda-tandanya kadang samar, misalnya mata bayi tampak ada bercak putih di tengah pupil atau matanya nggak merespons cahaya dengan normal Alodokter.

Bahaya paling serius dari katarak kongenital adalah ambliopia alias lazy eye. Kalau sejak kecil otak bayi nggak dapat stimulasi visual yang jelas, penglihatannya bisa gagal berkembang. Ini bukan sekadar masalah kosmetik, tapi bisa permanen sampai dewasa.

Saya pernah baca kisah seorang anak yang terlambat ditangani kataraknya. Usianya sudah masuk sekolah dasar baru ketahuan. Hasilnya, meski sudah operasi, penglihatannya nggak bisa maksimal lagi. Dari situ saya sadar, deteksi dini itu super penting.

Penyebab Terjadinya Katarak Kongenital

Nah, bagian ini lumayan bikin saya mikir panjang. Ternyata ada banyak faktor yang bisa bikin bayi lahir dengan katarak.

  1. Faktor Genetik – Kalau ada riwayat keluarga dengan katarak sejak lahir, kemungkinan besar anak bisa mengalaminya juga.

  2. Infeksi Saat Hamil – Misalnya ibu hamil kena rubella, campak, atau toksoplasmosis. Virus atau parasit bisa mengganggu perkembangan lensa janin.

  3. Gangguan Metabolik – Beberapa bayi dengan kelainan metabolisme, kayak galaktosemia, juga rentan kena katarak.

  4. Trauma atau Cedera – Meski jarang, tapi cedera di masa kandungan atau saat persalinan bisa memicu katarak bawaan.

Saya jadi ingat teman saya yang sempat khawatir waktu hamil karena pernah terpapar virus rubella. Untungnya bayinya sehat. Dari situ saya belajar, vaksin sebelum hamil itu penting banget untuk mencegah hal-hal kayak gini.

Penanganan Katarak Kongenital

Kalau udah bicara penanganan, ini bukan sekadar kasih obat tetes mata lalu selesai. Katarak kongenital biasanya perlu tindakan medis lebih serius, kadang operasi.

  • Operasi Katarak – Bayi bisa menjalani operasi katarak sejak usia beberapa minggu sampai bulan, tergantung tingkat keparahannya. Operasi dilakukan dengan mengangkat lensa yang keruh.

  • Penggantian Lensa – Kadang dokter pasang lensa buatan (intraocular lens), tapi pada bayi kecil biasanya ditunda karena matanya masih berkembang.

  • Terapi Visual – Setelah operasi, bayi butuh kacamata khusus atau lensa kontak agar penglihatannya bisa normal.

  • Follow-up Rutin – Orang tua harus rajin kontrol ke dokter mata. Ini penting supaya perkembangan visual anak tetap terpantau.

Waktu saya ngobrol dengan seorang ibu yang anaknya operasi katarak di usia 3 bulan, dia bilang masa-masa itu berat banget. Harus belajar cara pakai lensa kontak bayi, disiplin kasih obat, dan kontrol ke rumah sakit berkali-kali. Tapi begitu lihat anaknya mulai bisa merespons cahaya dan main-main dengan mainan berwarna, semua capeknya terbayar.

Perawatan Medis & Tips Sehari-hari

KATARAK KONGENITAL | Optik Tunggal

Selain operasi, perawatan sehari-hari juga nggak kalah penting. Orang tua dituntut untuk super sabar.

  1. Kacamata atau Lensa Kontak Khusus – Ini wajib buat bantu mata bayi memfokuskan cahaya.

  2. Terapi Penutup Mata (Patching Therapy) – Kadang mata yang sehat ditutup supaya mata yang baru dioperasi terlatih. Awalnya anak pasti rewel, tapi ini bagian dari proses.

  3. Nutrisi & Asupan Gizi – Makanan bergizi untuk ibu menyusui juga berpengaruh ke perkembangan anak.

  4. Lingkungan yang Mendukung – Ajak anak bermain dengan mainan warna-warni, sering kasih stimulus cahaya, dan jangan malas ajak kontrol ke dokter.

Saya pribadi pernah lihat bagaimana seorang ayah harus bolak-balik pasang lepas lensa kontak untuk anak bayinya. Dia bilang kadang frustasi, lensa gampang hilang, anaknya rewel. Tapi lama-lama terbiasa. Kuncinya, katanya, adalah konsisten.

Pelajaran yang Saya Petik

Kalau ada satu hal yang benar-benar nempel di kepala saya soal katarak kongenital, itu adalah waktu adalah segalanya. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang anak bisa punya penglihatan normal.

Saya juga jadi makin sadar pentingnya pemeriksaan mata sejak bayi. Dulu saya pikir check-up cuma soal berat badan dan imunisasi. Ternyata mata juga harus diperiksa. Jadi sekarang, kalau ada teman baru punya bayi, saya sering bilang, “Jangan lupa cek mata juga ya, bukan cuma tumbuh kembangnya aja.”

Deteksi Dini: Jangan Anggap Remeh “Bercak Putih” di Mata Bayi

Salah satu hal yang sering bikin orang tua telat menyadari katarak kongenital adalah karena tanda-tandanya tipis banget. Banyak orang mikir bercak putih di mata bayi itu cuma “refleksi lampu kamera” atau hal wajar. Padahal itu bisa jadi tanda awal.

Saya ingat waktu ada tetangga bawa bayinya ke acara keluarga. Saya lihat foto mereka, kok pupil si bayi nggak hitam normal tapi kayak ada bercak putih? Saya pikir, “Ah mungkin efek flash kamera.” Tapi ternyata beberapa bulan kemudian, dia cerita kalau anaknya didiagnosis katarak kongenital. Jujur saya langsung mikir, seandainya ada yang ngasih tahu lebih cepat mungkin bisa ditangani lebih dini.

Tanda-tanda yang sering muncul misalnya:

  • Mata bayi tampak putih atau buram.

  • Bayi nggak merespons cahaya (nggak melirik ke arah lampu).

  • Gerakan mata nggak fokus atau bahkan juling.

Jadi, kalau lihat gejala kayak gini, jangan ditunda. Lebih baik langsung periksa ke dokter mata anak.

Kesimpulan

Katarak kongenital memang terdengar menakutkan, tapi bukan berarti nggak bisa diatasi. Dengan deteksi dini, operasi yang tepat, dan perawatan konsisten, banyak anak bisa tumbuh dengan penglihatan yang baik. Tantangannya besar, tapi hasilnya bisa luar biasa.

Buat orang tua, jangan takut buat konsultasi ke dokter mata kalau ada tanda-tanda aneh di mata bayi. Lebih baik waspada sejak awal daripada menyesal di kemudian hari.

Baca fakta seputar : Health

Baca juga artikel menarik tentang  : Jenis Insomnia: Memahami Gangguan Tidur yang Sering Terabaikan

Author

Related posts