Jujur ya, pertama kali saya dengar istilah cakalang fufu, saya pikir itu sejenis nama karakter anime. Tapi ternyata, begitu saya cicip… wah, rasanya langsung nyangkut di hati. Bayangkan: daging ikan yang diasapi perlahan, bumbunya meresap, dan tiap gigitan ada ledakan rasa smoky, gurih, asin, dan sedikit manis. Gokil sih.
Tapi mari kita mundur dulu sedikit, ke awal saya kenal makanan ini…
Awal Kenalan Sama Cakalang Fufu (dan Salah Pahamnya)
Waktu itu saya lagi dinas ke Manado. Temen saya orang lokal bilang, “Nanti sore kita makan cakalang ya.” Saya bengong. Dalam hati mikir, “Cakalang itu ikan, kan? Tapi fufu? Itu apa? Kayak fufu di Afrika?”
Turns out, “fufu” di sini artinya ikan asap yang dijepit pakai bambu, terus diasapi berjam-jam sampai kering tapi tetap juicy. Jadi bukan mashed food kayak di Afrika. Ini justru makanan laut yang kaya akan cita rasa dan teknik pengolahan yang unik.
Dari Dapur Tradisional hingga Pasar Modern: Sejarah Cakalang Fufu
Cakalang fufu ini bukan makanan baru. Udah jadi tradisi turun-temurun dari masyarakat pesisir Sulawesi Utara, terutama di daerah Bitung dan sekitarnya. Orang dulu itu cerdas—mereka mengasapi ikan supaya bisa awet lebih lama.
Nah, ikan cakalang dipilih karena dagingnya tebal, nggak gampang hancur waktu diasapi, dan punya rasa alami yang gurih banget. Teknik pengasapan ini dilakukan dengan cara menjemur ikan sebentar, lalu diasapi dengan suhu rendah selama 4-5 jam. Asapnya bukan sembarang asap, tapi dari kayu tertentu supaya rasanya khas.
Kadang saya mikir, kok orang zaman dulu bisa sekreatif itu ya? Tanpa kulkas, tanpa pengawet kimia, tapi bisa bikin makanan yang tahan lama sekaligus nikmat.
Dari Bitung ke Seluruh Nusantara: Kenapa Cakalang Fufu Jadi Populer?
Saya pernah tanya ke penjualnya langsung, “Kok bisa sih makanan kayak gini sampai terkenal banget?”
Jawabannya simpel: karena rasanya beda dan bisa dipadukan dengan apa aja.
Cakalang fufu itu fleksibel banget. Mau dimakan langsung? Bisa. Dimasak rica-rica? Tambah mantap. Dicampur mie goreng? Auto mewah. Bahkan saya pernah lihat orang bikin pizza topping food cakalang, dan surprisingly enak juga.
Selain itu, makanan ini juga tahan lama. Jadi cocok banget buat oleh-oleh. Banyak wisatawan ke Manado atau Bitung pasti pulangnya bawa ini satu atau dua bungkus.
Momen Menikmati: Review Makan Cakalang Fufu Langsung dari Warungnya
Pengalaman paling berkesan sih pas saya makan langsung di rumah makan sederhana di pinggiran Bitung. Warungnya kecil, kursinya plastik, meja ala kadarnya. Tapi begitu pesanan datang… wah.
Disajikan sama nasi panas, sambal dabu-dabu (yang pedesnya tuh nyengat tapi nagih), dan lalapan. Daging ikannya kelihatan berlapis-lapis, agak kering di luar tapi lembut pas digigit. Aroma asapnya itu yang bikin susah move on.
Kalau saya boleh kasih tips:
👉 Jangan makan pakai sendok. Pakai tangan langsung, biar sensasinya dapet.
👉 Siapkan air putih yang banyak. Karena pedas dan gurihnya bisa bikin kering tenggorokan.
👉 Kalau bisa, cari yang baru diasapi. Karena rasanya lebih fresh dan dagingnya belum terlalu keras.
Tips Menyantap & Menyimpan Cakalang Fufu di Rumah
Buat yang beli cakalang sebagai oleh-oleh atau pesen online (sekarang udah banyak loh di marketplace), saya punya beberapa trik:
Panaskan sebelum disajikan. Bisa dikukus sebentar atau goreng ringan.
Campur ke masakan. Misalnya ke tumis kangkung, nasi goreng, atau sayur asem.
Bungkus rapat. Simpan dalam plastik vakum atau wadah kedap udara supaya aroma asapnya nggak nular ke makanan lain di kulkas.
Jangan kelamaan nyimpen. Maksimal 1 minggu di kulkas biasa, atau 1 bulan di freezer.
Kadang saya juga bikin cakalang suwir dari fufu ini. Tumis pakai bawang merah, bawang putih, cabe rawit, tomat, dan sedikit daun jeruk. Bikin nasi anget jadi level surga dunia.
Pelajaran yang Saya Petik dari Cakalang Fufu
Lucunya, makanan ini ngajarin saya beberapa hal yang nggak melulu soal kuliner:
Kreativitas muncul dari keterbatasan. Orang Bitung nggak punya kulkas, tapi bisa bikin metode pengawetan yang luar biasa.
Rasa otentik nggak perlu mewah. Cakalang fufu itu sederhana banget, tapi rasa dan sejarahnya dalam.
Jangan cepat nilai dari nama. Saya kira fufu itu makanan asing, eh ternyata justru warisan lokal yang luar biasa.
Dan yang paling penting: makanan enak tuh sering kali datang dari tempat yang nggak diduga. Warung kecil, pasar tradisional, rumah tua di pinggir laut—justru di situlah kita bisa nemu “harta karun”.
Layak Dicoba dan Dibanggakan
Kalau kamu belum pernah nyoba cakalang fufu, jujur deh—kamu harus banget cari. Entah beli langsung di Bitung, Manado, atau pesan online. Rasanya khas Indonesia banget, dan penuh cerita di baliknya.
Buat blogger yang suka kuliner, ini juga bisa jadi bahan konten menarik: review, resep modifikasi, bahkan sejarah budayanya. Banyak sisi yang bisa digali.
Terakhir, saya cuma mau bilang:
Cakalang fufu itu bukan sekadar ikan asap. Itu adalah rasa dari tanah Sulawesi yang dibungkus dalam aroma kayu dan tradisi.
Cakalang Fufu dalam Budaya Lokal: Lebih dari Sekadar Makanan
Cakalang fufu bukan cuma soal rasa dan teknik pengolahan. Di Sulawesi Utara, khususnya di Bitung dan sekitarnya, makanan ini udah jadi bagian dari identitas budaya masyarakat pesisir.
Banyak keluarga di sana yang secara turun-temurun menjaga resep dan teknik pengasapan ikan cakalang. Bahkan ada yang menganggap proses mengasapi ikan ini seperti ritual—dimulai dari memilih ikan segar di pagi hari, menyiapkan bambu penjepit, sampai menjaga api supaya nggak terlalu besar atau kecil. Semua itu dilakukan dengan telaten dan penuh kebanggaan.
Setiap kali ada festival kuliner atau acara budaya, hampir bisa dipastikan cakalang fufu hadir di meja makan. Rasanya nggak lengkap kalau nggak ada makanan ini.
Peluang Bisnis: Cakalang Fufu Jadi Komoditas Ekspor?
Jangan salah, cakalang fufu udah masuk pasar nasional dan bahkan internasional. Banyak diaspora asal Manado di luar negeri yang kangen rasa ikan asap ini dan rela beli meski harganya lebih mahal.
Saya sempat ngobrol sama seorang pengusaha kecil di Bitung. Katanya, sekarang pesanan cakalang fufu nggak cuma dari Manado, tapi juga dari Jakarta, Bandung, bahkan Malaysia dan Belanda. Produk dikemas vakum, dikasih label menarik, dan dijual secara online.
Bayangkan, makanan tradisional yang dulu dibuat hanya untuk konsumsi lokal, sekarang bisa jadi peluang bisnis yang menjanjikan. Dengan modal kreativitas, pengetahuan pengemasan, dan pemasaran digital, siapa pun bisa ikut ambil bagian.
Jadi buat kamu yang pengin mulai usaha makanan khas, cakalang fufu ini bisa jadi inspirasi. Apalagi tren makanan otentik dan lokal lagi naik banget di kalangan foodies dan wisatawan.
Cakalang Fufu dalam Dunia Kuliner Kreatif
Nah, ini bagian yang seru. Ternyata, banyak chef dan pecinta kuliner yang mulai mengolah cakalang fufu jadi hidangan modern. Misalnya:
Pizza topping cakalang fufu
Risotto dengan suwir cakalang fufu dan sambal roa
Croissant isi cakalang pedas
Taco cakalang fufu ala fusion food
Kalau kamu suka eksperimen di dapur, coba deh sekali-kali bikin resep baru pakai cakalang fufu. Bumbu dasarnya udah kuat, jadi tinggal dikembangkan aja. Dan siapa tahu, kreasi kamu bisa viral!
Pelestarian Tradisi: Jangan Sampai Hilang
Di tengah maraknya makanan cepat saji dan tren kuliner kekinian, saya ngerasa penting banget buat tetap mengenalkan makanan tradisional kayak cakalang fufu ke generasi muda.
Bukan cuma soal makanannya, tapi juga cerita di baliknya. Gimana masyarakat menjaga kearifan lokal, gimana tradisi memasak diwariskan, dan bagaimana makanan ini mengikat komunitas.
Pemerintah daerah dan komunitas lokal sekarang mulai sadar akan hal ini. Mereka bikin pelatihan, festival, sampai lomba mengolah cakalang fufu supaya anak muda tetap kenal dan bangga sama warisan kulinernya sendiri.