Terjebak Longsor Jawa Timur: Pengalaman Tak Terlupakan

Longsor Jawa Timur, rencana awal saya sederhana saja: jalan-jalan ke air terjun Tumpak Sewu bersama dua teman. Kami sudah lama merencanakan perjalanan ke Lumajang, salah satu destinasi alam yang katanya “surga tersembunyi” di Jawa Timur. Seminggu sebelum berangkat, saya bahkan sudah bikin itinerary lengkap dan ngeprint map offline—karena tahu sinyal di sana suka ngilang.

Tapi satu hal yang kami lewatkan: musim hujan.

Kami nekat berangkat awal Februari. Kata warga setempat, Januari–Maret itu puncaknya hujan deras. Tapi entah kenapa kami merasa, “Ah, hujan-hujan dikit juga seru kok, adem.”

Ternyata kami salah besar.

Awalnya Hanya Ingin Liburan ke Air Terjun

Longsor Jawa Timur

Tanda-Tanda Bahaya yang Kami Abaikan

Waktu kami menyusuri jalan kecil menuju arah Curup Besar, hujan mulai turun. Ringan sih awalnya, cuma gerimis. Tapi satu jam kemudian, hujan berubah jadi deras banget. Kami tetap lanjut karena mobil kami SUV dan jalan masih bisa dilalui.

Lalu kami lihat satu hal yang bikin saya agak was-was: tanah mulai runtuh dari lereng.

Saya pikir, “Ah, ini cuma kecil. Nggak bakal bahaya.”

Tapi ternyata itu awal dari serangkaian peringatan yang kami abaikan. Dan beberapa kilometer kemudian, jalan depan kami tertutup longsoran tanah dan batu.

Saya masih ingat suara batunya jatuh dari atas, seperti suara dentingan keras bercampur lumpur. Kami refleks ngerem mendadak, dan terdiam dalam mobil selama beberapa detik.

Rasa Panik yang Mulai Merayap

Saya panik. Teman saya juga. Tapi kami mencoba tetap tenang. Untungnya mobil nggak kena langsung, kami sempat berhenti sebelum Longsor Jawa Timur menutup jalan. Tapi masalahnya: kami nggak bisa maju, dan balik pun sulit.

Di belakang kami, ternyata udah banyak kendaraan lain juga. Dalam 30 menit, jalanan jadi penuh mobil yang nggak bisa gerak.

Saya keluar mobil, hujan masih deras. Saya lihat orang-orang mulai panik, ada yang nelpon keluarga, ada yang teriak-teriak nyari jalan alternatif. Jaringan seluler? Lemot parah.

Di situ saya mulai merasa… ini lebih dari sekadar “terjebak hujan”.

Momen Tak Terlupakan: Dingin, Lapar, Tak Berdaya

Longsor Jawa Timur

Kami bertiga akhirnya mutusin untuk tetap di dalam mobil, nyalain mesin secukupnya buat hangat, dan makan bekal seadanya. Saya punya roti sobek, teman saya bawa biskuit.

Lucunya, kami semua tiba-tiba jadi sangat hemat—hemat air, hemat baterai HP, hemat tenaga. Saya bahkan nyesel kenapa nggak isi penuh powerbank sebelum berangkat.

Waktu berlalu pelan banget. Saya sempat ngantuk, tapi tiap kali tutup mata, suara tanah runtuh kecil bikin saya melek lagi.

Dan di situ saya benar-benar merasa… tak berdaya.

Saya terbiasa jadi orang yang selalu bisa kontrol sesuatu. Tapi alam? Nggak bisa dilawan dikutip dari laman resmi detik news.

Bantuan Datang Saat Kami Nggak Nyangka

Sekitar jam 10 malam, lampu mobil dari arah berlawanan mulai bermunculan. Ternyata ada tim relawan dari desa terdekat yang datang bantu bersihin jalur. Saya langsung terharu. Mereka bawa cangkul, senter, dan semangat luar biasa.

Kami disuruh tetap di mobil dulu sampai jalur dibuka sebagian. Dan sekitar jam 2 pagi, kendaraan mulai bisa mundur satu-satu. Kami akhirnya bisa balik arah dan cari tempat bermalam di rumah warga.

Saya masih ingat ibu pemilik rumah itu bilang, “Mas, kalau hujan deras begini, jangan pernah lewat jalur ini. Sudah langganan Longsor Jawa Timur dari dulu.”

Rasanya… saya ingin nangis. Karena kami nekat, bisa saja nasib kami lebih buruk.

Pelajaran Penting yang Saya Dapat dari Longsor Jawa Timur Itu

  1. Jangan Remehkan Peringatan Cuaca
    Cek prakiraan cuaca itu wajib. Kalau ada peringatan hujan deras atau rawan Longsor Jawa Timur, mending tunda perjalanan.

  2. Pahami Kondisi Geografis Daerah Tujuan
    Jawa Timur itu punya banyak kawasan perbukitan dan pegunungan. Beberapa daerah seperti Lumajang, Bondowoso, dan Trenggalek terkenal rawan Longsor Jawa Timur saat musim hujan.

  3. Selalu Bawa Perlengkapan Darurat
    Termasuk senter, powerbank full, makanan kering, dan air minum. Trust me, hal sekecil itu bisa jadi penyelamat di kondisi darurat.

  4. Belajar dari Warga Lokal
    Mereka tahu medan dan kondisi lebih baik daripada aplikasi manapun. Jangan sungkan tanya, dengarkan nasihat mereka.

  5. Utamakan Nyawa, Bukan Itinerary
    Kalau jalur tertutup atau cuaca ekstrim, jangan paksakan perjalanan. Alam selalu lebih kuat dari rencana kita.

Data Pendukung: Longsor Jawa Timur

Longsor Jawa Timur

Untuk memberikan konteks lebih luas, berikut data faktual soal Longsor Jawa Timur:

  • Menurut BPBD Jawa Timur, sepanjang 2024 tercatat lebih dari 300 kejadian Longsor Jawa Timur, dengan daerah rawan tertinggi di wilayah selatan dan timur seperti Pacitan, Trenggalek, Lumajang, dan Bondowoso.

  • Musim hujan antara Desember hingga Maret adalah periode paling rawan.

  • Sebagian besar Longsor Jawa Timur terjadi di wilayah perbukitan dengan kemiringan tajam dan tanah gembur yang mudah jenuh air.

Jangan Jadi Wisatawan Nekat

Saya tahu, rasa penasaran dan semangat petualangan itu sering bikin kita lupa diri. Tapi dari pengalaman ini, saya belajar: lebih baik mundur daripada memaksakan diri dan menyesal.

Longsor Jawa Timur itu bukan cuma berita di TV. Saya sudah mengalaminya. Dan saya bersyukur bisa pulang dengan selamat.

Kalau kamu membaca ini dan berencana ke daerah pegunungan di musim hujan, tolong lebih waspada. Nikmati alam, tapi tetap hormati batasnya.

Karena saat tanah bergeser, dan kamu hanya punya waktu beberapa detik buat menyelamatkan diri, kamu akan sadar: semua persiapan yang kamu abaikan… bisa jadi penyesalan.

Baca Juga Artikel dari: Pengalaman Membeli Obligasi Pemerintah: Investasi Aman

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: News

Author

Related posts